Minggu, 01 Maret 2015

Periklanan Internasional



Universitas Pembangunan Nasional “VETERAN” Jakarta
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik TA, 2013/2014
Tugas Komunikasi Internasional
“Periklanan Internasional”


Disusun oleh       :        Arman Febryan (1310411081)
Iko Resa Andika Fajri (1310411085)
Rafli Aziz (1310411037)
Adi Yudhanagara (1310411188)


PERIKLANAN INTERNASIONAL


Definisi, Fungsi, dan Latar Belakang Pertumbuhan Periklanan

Dalam dunia bisnis, periklanan memiliki peran penting selain menyampaikan informasi mengenai produk mereka juga berperan dalam mencipta brand loyality kepada konsumen serta ikut membangun citra perusahaan. Karena itu dalam ilmu marketing periklanan termasuk dalam komponen marketing mix (adonan marketing), yaitu place, price, product, dan promotion. Selain bisnis, iklan dipakai pula untuk kepentingan non profit, seperti iklan layanan publik maupun informasi mengenai pembangunan. Perkembangan dunia periklanan dimulai pada abad l9-an saat didirikannya firma-firma perantara media. Revolusi industri ikut memicu perkembangan bidang ini dengan didirikannya biro-biro khusus periklanan. Mulanya media periklanan yang efektif adalah radio. Media ini mampu menjangkau khalayak sasaran lebih luas dan tak mengenal waktu. Dominasi radio mulai mengendur setelah adanya televisi. Dengan kelebihannya yang mampu menghadirkan suara dan gambar media ini berhasil menyedot perhatian pemirsa di seluruh belahan dunia. Perkembangan dunia periklanan ditandai oleh pelonjakan belanja iklan yang terus membengkak. Selama 20 tahun terakhir belanja iklan dunia naik mencapai enam kali lipat atau hampir mencapai satu trilyun dolar AS. Sayangnya, dominasi periklanan masih dikuasai oleh para pemain dari negara adi daya. Ada 10 perusahaan periklanan terbesar dunia, seperti Dentsu, Inc., Young & Rubicam, dan Seatchi & Seatchi.
Periklanan Internasional dan Pasar Global

Sektor periklanan internasional adalah satu sektor komunikasi yang mengalami perkembangan pesat terutama sejak berakhirnya Perang Dunia II. Sebagaimana di sektor-sektor komunikasi lainnya, dominasi perusahaan-perusahaan yang datang dari negara-negara industri maju juga terlihat. Namun berbeda dengan kebanyakan sektor komunikasi lainnya, perusahaan-perusahaan periklanan internasional tak hanya berperan sebagai perusahaan yang mengirimkan pesan internasional dari kantor pusat mereka, melainkan juga beroperasi langsung di negara-negara berkembang, terutama dalam bentuk hubungan kerja sama (meskipun kerap dalam pola hubungan yang tak seimbang) dengan perusahaan-perusahaan iklan lokal.
Periklanan pada dasarnya menempati posisi vital dalam upaya menjangkau konsumen sebanyak-banyaknya yang disyaratkan bagi keberhasilan produksi massa yang memang dibutuhkan bagi keberhasilan proses industrialisasi. Karena itu bisa dipahami bila industri periklanan berkembang paling awal dan paling pesat di Amerika Serikat, karena negara ini bukan saja tergolong berdiri terdepan dalam Revolusi Industri, namun juga memiliki wilayah negara sangat luas dengan jumlah penduduk yang sangat besar. Pertumbuhan itu menjadi semakin pesat dengan kehadiran berbagai teknologi komunikasi baru sejak akhir abad 19 sampai saat ini.

Periklanan internasional mengikuti pola perkembangan serupa, yakni mengikuti pola pembangunan ekonomi, industrialisasi, perdagangan internasional, serta investasi asing. Pertumbuhan periklanan internasional secara khusus menjadi pesat sesudah 1960-an, saat ratusan perusahaan asing membuka kantor cabang di luar negeri, termasuk di negara-negara berkembang. Dengan kata lain pertumbuhan periklanan internasional tersebut berlangsung sejalan dengan lahirnya perusahaan-perusahaan yang tak lagi beroperasi secara domestik, melainkan beroperasi dalam skala internasional.
Perkembangan mutakhir dalam wilayah periklanan internasional adalah bahwa total belanja iklan global turut disumbangkan secara signifikan oleh belanja iklan di negara-negara berkembang; sementara peningkatan belanja iklan di negara-negara berkembang tersebut sangat melibatkan perusahaan-perusahaan iklan besar berbasis negara-negara industri maju yang melakukan ekspansi ke atau memperkokoh kedudukannya di negara-negara berkembang. Praktis di semua negara yang mengizinkan industri periklanan tumbuh, perusahaan-perusahaan multinasional menempati posisi dominan.

Bagi perusahaan-perusahaan yang beroperasi dengan skala global ini, terdapat dua pilihan strategi utama yang lazim digunakan saat memasuki pasar asing. Pendekatan pertama adalah pendekatan standarisasi global, yakni menerapkan satu cara promosi yang sama di berbagai negara berbeda. Implikasinya adalah sebuah strategi promosi global yang dirancang dari sebuah kantor pusat di pusat produksi, dengan menggunakan lembaga-lembaga periklanan yang berada di pusat produksi tersebut. Sedangkan pendekatan kedua mementingkan adaptasi lokal. Kedua pendekatan itu sama-sama mendorong lahirnya biro-biro iklan lokal, namun dengan pola kerja sama berbeda. Dalam pendekatan pertama, posisi biro iklan sekadar sebagai perpanjangan tangan untuk memasuki pasar domestik. Sementara dalam pendekatan kedua, biro iklan lokal menempati posisi menentukan karena dianggap lebih memahami kebutuhan lokal.

Pendekatan standarisasi dianggap jauh lebih menguntungkan dalam hal biaya (cost-competitive) dan dalam hal menjaga konsistensi //brand image//. Namun pendekatan standarisasi tak selalu bisa diterapkan karena adanya kendala budaya termasuk kebutuhan, emosi, dan kerangka berpikir serta kendala kebijakan komunikasi di masing-masing negara. Karena itu perusahaan-perusahaan global berkepentingan dengan penyeragaman bukan saja selera dan kebutuhan produk, melainkan juga keseluruhan budaya dan perangkat kebijakan antara yang terdapat di //home country// dan di //host country//.

Segenap kendala itu menyebabkan internasionalisasi perusahaan iklan transnasional itu mengikuti tiga pendekatan. Pertama, model Imperial, di mana biro iklan transnasional memperluas operasi mereka ke seluruh dunia dan mendirikan kantor-kantor cabang sepenuhnya tanpa afiliasi dengan perusahaan lokal, meskipun kerap dengan merekrut tenaga lokal. Kedua, model Internasionalisasi Melalui Kesepakatan (Internationali-zation by Consent), di mana yang lazim dilakukan adalah bekerjasama dengan perusahaan-perusahaan lokal, baik dalam bentuk akuisisi saham maupun dalam bentuk kontrak/kerja sama manajemen. Ketiga, strategi diversifikasi produk.

Ada sejumlah kritik terhadap merambah masuknya periklanan internasional ke negara-negara berkembang. Pada intinya, kritik tersebut merujuk pada tuduhan bahwa periklanan internasional mendorong masyarakat negara berkembang mengonsumsi barang-barang mewah yang tidak merangsang tumbuhnya industri padat karya dan memiliki ketergantungan pada komponen impor sangat tinggi, sehingga menguras kekayaan negara berkembang dan mendorong kecemburuan sosial antar kelas sosial.
Karena kekhawatiran itu, tak selalu perusahaan-perusahaan periklanan transnasional dapat bergerak leluasa. Namun ada bukti-bukti yang menunjukkan begitu sebuah negara membuka diri terhadap arus investasi asing serta barang-barang konsumsi asing, sulit untuk menghambat laju masuk dan mendominasinya perusahaan-perusahaan periklanan transnasional ke dalam negeri. Salah satu contoh terbaik adalah Indonesia. Meskipun Indonesia menerapkan kebijakan yang cenderung menghambat masuknya industri periklanan transnasional, perusahaan-perusahaan iklan terbesar di Indonesia saat ini adalah yang berafiliasi dengan perusahaan periklanan transnasional. Adapun penyebab ketergantungan perusahaan-perusahaan iklan lokal pada pihak asing tersebut terutama adalah Sumber Daya Manusia, serta aliansi perusahaan pengiklan asing dan perusahaan periklanan asing.




Periklanan adalah komunikasi komersial dan nonpersonal tentang sebuah organisasi dan produk-produknya yang ditransmisikan ke suatu khalayak target melalui media bersifat misalnya seperti televisi, radio, Koran, majalah, direct mail, reklame luar ruang, atau kendaraan umum.namun sekarang ini dalam era globalisasi, pesan-pesan periklanan dapat ditransmisikan melalui media baru, khususnya internet. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa periklanan internasional adalah penyampaian pesan atau komunikasi komersial melalui berbagai media baik cetak, elektronik maupun media interaktif dengan area internasional.
Pada saat perusahaan ingin membuat serta menayangkan sebuah iklan untuk perusahaan atau produk-produknya dengan area pemasaran internasional, perusahaan harus memikirkan beberapa pertimbangan yang berkaitan dengan aspek lokal Negara tersebut, seperti aspek budaya. Sebab budaya melibatkan seluruh tradisi, kebiasaan, agama, seni, dan bahasa. Ini tersusun dari keyakinan, moral, adat istiadat, dan kebiasaan yang dipelajari dari orang lain. Dalam pasar domestic, pengiklan yang ingin berkomunikasi dengan para konsumen asing juga harus mempertimbangkan lingkungan-lingkungan yang mempengaruhi selera, sikap, dan cara pikir orang. Seperti contohnya Mcdonald’s harus memperkenalkan burger vegetarian saat membuka restoran di India. Hal ini terlihat bahwa agar sebuah iklan serta produk dapat diminati oleh klahayak di suatu tempat atau Negara, iklan tersebut harus disesuaikan dengan kondisi lingkungan serta budaya yang ada dalam masyarakat atau khalayak tersebut.
Dalam sebuah iklan itu sendiri tidak hanya aspek-aspek budaya lokal yang diperhatikan untuk membuat serta memasarkan iklan terkait produk-produk dari sebuah perusahaan agar produk atau iklan tersebut dapat di terima dalam sebuah masyarakat kelompok atau Negara tertentu. Namun aspek dari iklan itu sendiri harus diperhatikan agar isi atau konten iklan tersebut juga berkualitas serta mendukung diterimanya iklan oleh masyarakat. Aspek-aspek yang berhubungan adalah naskah iklan, ilustrasi, serta penerjemahan. Naskah iklan dari sebuah iklan suatu produk tentu saja sangat berpengaruh terhadap berhasil atau tidaknya iklan itu dipasarkan dalam sebuah komunitas. Khalayak lebih menikmati sebuah iklan jika naskah atau cerita yang ada dalam iklan tersebut sesuai dengan keinginannya serta memiliki kedekatan dengan khalayak tersebut.
Aspek berikutnya yaitu ilustrasi. Aspek tersebut juga menjadi salah satu aspek pendukung yang sangat kuat dari sebuah iklan. Sebuah iklan dikatakan berhasil jika dalam iklan tersebut memiliki atau menggunakan sebuah ilustrasi yang menarik seperti gambar, music serta lainnya yang dapat meningkatkan rasa kepuasan pelanggan terhadap iklan dan produk perusahaan tersebut. Sehingga masyarakat mudah terpengaruh oleh iklan yang ditampilkan dan akan membeli produk yang diinginkan karena, keterkaitan adanya iklan yang menarik konsumen. Selanjutnya yaitu aspek penerjemahan. Sebagai sarana komunikasi antara pengiklan dengan masyarakat, harusnya pesan yang disampaikan harus dapat dimengerti semua pihak. Sehingga reaksi yang ditimbulkan akan sesuai dengan yang diharapkan. Oleh karena itu, agar pesan yang disampaikan dapat dimengerti oleh masyarakat di sebuah Negara, bahasa yang digunakan dalam sebuah iklan harus di terjemahkan kedalam bahasa keseharian masyarakat setempat.
Adapun karakteristik iklan yang baik harus memiliki kriteria, yaitu:
1.        Mempunyai sasaran yang jelas, dengan menentukan target konsumen, dan menentukan media apa yang akan digunakan, kualitas iklan, harga, dan distribusi (jangkauan pemasaran).
2.        Mempunyai daya tarik tertentu sehingga konsumen memperhatikan isi iklan secara seksama. Fokus pada pesan yang ingin disampaikan oleh para konsumen.
3.        Tampilan iklan semenarik mungkin, tanpa tampilan iklan yang tidak menarik maka iklan tersebut tidak akan menjual.


Analisis kasus iklan McDonald
Terkait dengan iklan perusahaan McDonald di berbagai Negara memiliki beberapa karakteristik tertentu yang membuat iklan McDonald serta produknya dapat dinikmati dengan baik oleh khalayak atau masyarakat di lingkungan tersebut. Ada beberapa perusahaan yang memiliki kebijakan untuk membuat iklan yang sama di berbagai media. Namun, untuk perusahaan makanan yang berasal dari Amerika ini membuat berbagai jenis iklan yang berbeda-beda di setiap Negara yang dituju. Keaneragaman bentuk iklan yang disesuaikan dengan karakteristik lingkungan masing-masing Negara menurut penulis membuat produk McDonald dapat semakin dekat dengan masyarakat di wilayah tersebut.
Iklan yang dibuat dari satu Negara dengan Negara lain berbeda. Contohnya pada saat McDonald membuat iklan untuk kawasan Indonesia, mereka menyesuaikan iklan dengan karakteristik wilayah Indonesia. Seperti konsep kepulauan, pariwisatan Indonesia dan sebagainya yang dapat membuat masyarakat atau khalayak di Indonesia merasa dekat dan akrab dengan produk McDonald. Walaupun ada beberapa konsep iklan yang dibuat sama untuk beberapa Negara, namun tetap saja ada beberapa konsep yang tidak disukai oleh sebagaian khalayak di Negara tertentu karena dipandang iklan yang dibuat tidak sesuai dnegan kebudayaan di lingkungan tersebut. Contohnya iklan McDonald yang ada di Negara Filipina dan India yang mengandung tema”Boy and Girl Friends” sedikit mendapat ketidaksetujuan oleh pelanggan di daerah Filipina. Sebab iklan tersebut dinilai kurang menyesuaikan budaya serta norma yang ada di Negara Filipina tersebut.

Dilihat dari aspek yang ada di dalam iklan, iklan yang diproduksi oleh McDonald tentu saja sudah sesuai dengan aspek-aspek yang berhubungan dengan ilan. Dilihat dari isi atau naskah iklan sendiri, karena iklan yang diproduksi disesuaikan dengan kondisi di setiap Negara tujuan, naskah iklan juga sudah disesuaikan dengan tema iklan yang ada. Ilustrasi yang ditampilkan di dalam iklan yang ada juga sudah sesuai dengan konsep iklan serta ilustrasi yang dibuat lebih meningkatkan tingkat ketertarikan khalayak dengan iklan dan produk McDonald. Penerjemahan juga menjadi aspek yang sangat krusial yang menyebabkan ketertarikan dengan iklan tersebut. Di dalam berbagai iklan yang di buat oleh McDonald, karena iklan yang ditampilkan sudah dibagai atau dibuat di berbagai Negara, maka bahasa yang dibuat adalah bahasa local yang ada atau digunakan di Negara tersebut.


Daftar Pustaka







Tidak ada komentar:

Posting Komentar