Universitas Pembangunan Nasional “VETERAN” Jakarta
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik TA, 2013/2014
Tugas Komunikasi Internasional
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik TA, 2013/2014
Tugas Komunikasi Internasional
“Periklanan Internasional”
Disusun oleh : Arman
Febryan (1310411081)
Iko Resa Andika Fajri (1310411085)
Rafli Aziz (1310411037)
Adi Yudhanagara (1310411188)
PERIKLANAN INTERNASIONAL
Definisi, Fungsi, dan Latar Belakang Pertumbuhan Periklanan
Dalam
dunia bisnis, periklanan memiliki peran penting selain menyampaikan informasi
mengenai produk mereka juga berperan dalam mencipta brand loyality kepada
konsumen serta ikut membangun citra perusahaan. Karena itu dalam ilmu marketing
periklanan termasuk dalam komponen marketing mix (adonan marketing), yaitu
place, price, product, dan promotion. Selain bisnis, iklan dipakai pula untuk
kepentingan non profit, seperti iklan layanan publik maupun informasi mengenai
pembangunan. Perkembangan dunia periklanan dimulai pada abad l9-an saat
didirikannya firma-firma perantara media. Revolusi industri ikut memicu
perkembangan bidang ini dengan didirikannya biro-biro khusus periklanan.
Mulanya media periklanan yang efektif adalah radio. Media ini mampu menjangkau
khalayak sasaran lebih luas dan tak mengenal waktu. Dominasi radio mulai
mengendur setelah adanya televisi. Dengan kelebihannya yang mampu menghadirkan
suara dan gambar media ini berhasil menyedot perhatian pemirsa di seluruh
belahan dunia. Perkembangan dunia periklanan ditandai oleh pelonjakan belanja
iklan yang terus membengkak. Selama 20 tahun terakhir belanja iklan dunia naik mencapai
enam kali lipat atau hampir mencapai satu trilyun dolar AS. Sayangnya, dominasi
periklanan masih dikuasai oleh para pemain dari negara adi daya. Ada 10
perusahaan periklanan terbesar dunia, seperti Dentsu, Inc., Young &
Rubicam, dan Seatchi & Seatchi.
Periklanan Internasional dan Pasar Global
Periklanan Internasional dan Pasar Global
Sektor periklanan internasional adalah satu sektor komunikasi yang
mengalami perkembangan pesat terutama sejak berakhirnya Perang Dunia II.
Sebagaimana di sektor-sektor komunikasi lainnya, dominasi perusahaan-perusahaan
yang datang dari negara-negara industri maju juga terlihat. Namun berbeda
dengan kebanyakan sektor komunikasi lainnya, perusahaan-perusahaan periklanan
internasional tak hanya berperan sebagai perusahaan yang mengirimkan pesan
internasional dari kantor pusat mereka, melainkan juga beroperasi langsung di
negara-negara berkembang, terutama dalam bentuk hubungan kerja sama (meskipun
kerap dalam pola hubungan yang tak seimbang) dengan perusahaan-perusahaan iklan
lokal.
Periklanan
pada dasarnya menempati posisi vital dalam upaya menjangkau konsumen
sebanyak-banyaknya yang disyaratkan bagi keberhasilan produksi massa yang
memang dibutuhkan bagi keberhasilan proses industrialisasi. Karena itu bisa
dipahami bila industri periklanan berkembang paling awal dan paling pesat di
Amerika Serikat, karena negara ini bukan saja tergolong berdiri terdepan dalam
Revolusi Industri, namun juga memiliki wilayah negara sangat luas dengan jumlah
penduduk yang sangat besar. Pertumbuhan itu menjadi semakin pesat dengan kehadiran
berbagai teknologi komunikasi baru sejak akhir abad 19 sampai saat ini.
Periklanan internasional mengikuti pola perkembangan serupa, yakni
mengikuti pola pembangunan ekonomi, industrialisasi, perdagangan internasional,
serta investasi asing. Pertumbuhan periklanan internasional secara khusus
menjadi pesat sesudah 1960-an, saat ratusan perusahaan asing membuka kantor
cabang di luar negeri, termasuk di negara-negara berkembang. Dengan kata lain
pertumbuhan periklanan internasional tersebut berlangsung sejalan dengan
lahirnya perusahaan-perusahaan yang tak lagi beroperasi secara domestik,
melainkan beroperasi dalam skala internasional.
Perkembangan
mutakhir dalam wilayah periklanan internasional adalah bahwa total belanja
iklan global turut disumbangkan secara signifikan oleh belanja iklan di
negara-negara berkembang; sementara peningkatan belanja iklan di negara-negara
berkembang tersebut sangat melibatkan perusahaan-perusahaan iklan besar
berbasis negara-negara industri maju yang melakukan ekspansi ke atau
memperkokoh kedudukannya di negara-negara berkembang. Praktis di semua negara
yang mengizinkan industri periklanan tumbuh, perusahaan-perusahaan
multinasional menempati posisi dominan.
Bagi perusahaan-perusahaan yang beroperasi dengan skala global ini,
terdapat dua pilihan strategi utama yang lazim digunakan saat memasuki pasar
asing. Pendekatan pertama adalah pendekatan standarisasi global, yakni
menerapkan satu cara promosi yang sama di berbagai negara berbeda. Implikasinya
adalah sebuah strategi promosi global yang dirancang dari sebuah kantor pusat
di pusat produksi, dengan menggunakan lembaga-lembaga periklanan yang berada di
pusat produksi tersebut. Sedangkan pendekatan kedua mementingkan adaptasi
lokal. Kedua pendekatan itu sama-sama mendorong lahirnya biro-biro iklan lokal,
namun dengan pola kerja sama berbeda. Dalam pendekatan pertama, posisi biro
iklan sekadar sebagai perpanjangan tangan untuk memasuki pasar domestik.
Sementara dalam pendekatan kedua, biro iklan lokal menempati posisi menentukan
karena dianggap lebih memahami kebutuhan lokal.
Pendekatan standarisasi dianggap jauh lebih menguntungkan dalam hal
biaya (cost-competitive) dan dalam hal menjaga konsistensi //brand image//.
Namun pendekatan standarisasi tak selalu bisa diterapkan karena adanya kendala
budaya termasuk kebutuhan, emosi, dan kerangka berpikir serta kendala kebijakan
komunikasi di masing-masing negara. Karena itu perusahaan-perusahaan global
berkepentingan dengan penyeragaman bukan saja selera dan kebutuhan produk,
melainkan juga keseluruhan budaya dan perangkat kebijakan antara yang terdapat
di //home country// dan di //host country//.
Segenap kendala itu menyebabkan internasionalisasi perusahaan iklan
transnasional itu mengikuti tiga pendekatan. Pertama, model Imperial, di mana
biro iklan transnasional memperluas operasi mereka ke seluruh dunia dan
mendirikan kantor-kantor cabang sepenuhnya tanpa afiliasi dengan perusahaan
lokal, meskipun kerap dengan merekrut tenaga lokal. Kedua, model
Internasionalisasi Melalui Kesepakatan (Internationali-zation by Consent), di
mana yang lazim dilakukan adalah bekerjasama dengan perusahaan-perusahaan
lokal, baik dalam bentuk akuisisi saham maupun dalam bentuk kontrak/kerja sama
manajemen. Ketiga, strategi diversifikasi produk.
Ada sejumlah kritik terhadap merambah masuknya periklanan internasional
ke negara-negara berkembang. Pada intinya, kritik tersebut merujuk pada tuduhan
bahwa periklanan internasional mendorong masyarakat negara berkembang
mengonsumsi barang-barang mewah yang tidak merangsang tumbuhnya industri padat
karya dan memiliki ketergantungan pada komponen impor sangat tinggi, sehingga
menguras kekayaan negara berkembang dan mendorong kecemburuan sosial antar
kelas sosial.
Karena
kekhawatiran itu, tak selalu perusahaan-perusahaan periklanan transnasional
dapat bergerak leluasa. Namun ada bukti-bukti yang menunjukkan begitu sebuah
negara membuka diri terhadap arus investasi asing serta barang-barang konsumsi
asing, sulit untuk menghambat laju masuk dan mendominasinya perusahaan-perusahaan
periklanan transnasional ke dalam negeri. Salah satu contoh terbaik adalah
Indonesia. Meskipun Indonesia menerapkan kebijakan yang cenderung menghambat
masuknya industri periklanan transnasional, perusahaan-perusahaan iklan
terbesar di Indonesia saat ini adalah yang berafiliasi dengan perusahaan
periklanan transnasional. Adapun penyebab ketergantungan perusahaan-perusahaan
iklan lokal pada pihak asing tersebut terutama adalah Sumber Daya Manusia,
serta aliansi perusahaan pengiklan asing dan perusahaan periklanan asing.
Periklanan adalah komunikasi
komersial dan nonpersonal tentang sebuah organisasi dan produk-produknya yang
ditransmisikan ke suatu khalayak target melalui media bersifat misalnya seperti
televisi, radio, Koran, majalah, direct mail, reklame luar ruang, atau
kendaraan umum.namun sekarang ini dalam era globalisasi, pesan-pesan periklanan
dapat ditransmisikan melalui media baru, khususnya internet. Oleh karena itu,
dapat disimpulkan bahwa periklanan internasional adalah penyampaian pesan atau
komunikasi komersial melalui berbagai media baik cetak, elektronik maupun media
interaktif dengan area internasional.
Pada saat perusahaan ingin
membuat serta menayangkan sebuah iklan untuk perusahaan atau produk-produknya
dengan area pemasaran internasional, perusahaan harus memikirkan beberapa
pertimbangan yang berkaitan dengan aspek lokal Negara tersebut, seperti aspek
budaya. Sebab budaya melibatkan seluruh tradisi, kebiasaan, agama, seni, dan
bahasa. Ini tersusun dari keyakinan, moral, adat istiadat, dan kebiasaan yang
dipelajari dari orang lain. Dalam pasar domestic, pengiklan yang ingin
berkomunikasi dengan para konsumen asing juga harus mempertimbangkan
lingkungan-lingkungan yang mempengaruhi selera, sikap, dan cara pikir orang.
Seperti contohnya Mcdonald’s harus memperkenalkan burger vegetarian saat
membuka restoran di India. Hal ini terlihat bahwa agar sebuah iklan serta
produk dapat diminati oleh klahayak di suatu tempat atau Negara, iklan tersebut
harus disesuaikan dengan kondisi lingkungan serta budaya yang ada dalam
masyarakat atau khalayak tersebut.
Dalam sebuah iklan itu sendiri
tidak hanya aspek-aspek budaya lokal yang diperhatikan untuk membuat serta
memasarkan iklan terkait produk-produk dari sebuah perusahaan agar produk atau
iklan tersebut dapat di terima dalam sebuah masyarakat kelompok atau Negara
tertentu. Namun aspek dari iklan itu sendiri harus diperhatikan agar isi atau
konten iklan tersebut juga berkualitas serta mendukung diterimanya iklan oleh
masyarakat. Aspek-aspek yang berhubungan adalah naskah iklan, ilustrasi, serta
penerjemahan. Naskah iklan dari sebuah iklan suatu produk tentu saja sangat
berpengaruh terhadap berhasil atau tidaknya iklan itu dipasarkan dalam sebuah
komunitas. Khalayak lebih menikmati sebuah iklan jika naskah atau cerita yang
ada dalam iklan tersebut sesuai dengan keinginannya serta memiliki kedekatan
dengan khalayak tersebut.
Aspek berikutnya yaitu
ilustrasi. Aspek tersebut juga menjadi salah satu aspek pendukung yang sangat
kuat dari sebuah iklan. Sebuah iklan dikatakan berhasil jika dalam iklan
tersebut memiliki atau menggunakan sebuah ilustrasi yang menarik seperti
gambar, music serta lainnya yang dapat meningkatkan rasa kepuasan pelanggan
terhadap iklan dan produk perusahaan tersebut. Sehingga masyarakat mudah
terpengaruh oleh iklan yang ditampilkan dan akan membeli produk yang diinginkan
karena, keterkaitan adanya iklan yang menarik konsumen. Selanjutnya yaitu aspek
penerjemahan. Sebagai sarana komunikasi antara pengiklan dengan masyarakat, harusnya
pesan yang disampaikan harus dapat dimengerti semua pihak. Sehingga reaksi yang
ditimbulkan akan sesuai dengan yang diharapkan. Oleh karena itu, agar pesan
yang disampaikan dapat dimengerti oleh masyarakat di sebuah Negara, bahasa yang
digunakan dalam sebuah iklan harus di terjemahkan kedalam bahasa keseharian
masyarakat setempat.
Adapun karakteristik iklan
yang baik harus memiliki kriteria, yaitu:
1. Mempunyai
sasaran yang jelas, dengan menentukan target konsumen, dan menentukan media apa
yang akan digunakan, kualitas iklan, harga, dan distribusi (jangkauan
pemasaran).
2. Mempunyai
daya tarik tertentu sehingga konsumen memperhatikan isi iklan secara seksama.
Fokus pada pesan yang ingin disampaikan oleh para konsumen.
3. Tampilan
iklan semenarik mungkin, tanpa tampilan iklan yang tidak menarik maka iklan
tersebut tidak akan menjual.
Analisis kasus iklan
McDonald
Terkait dengan iklan
perusahaan McDonald di berbagai Negara memiliki beberapa karakteristik tertentu
yang membuat iklan McDonald serta produknya dapat dinikmati dengan baik oleh
khalayak atau masyarakat di lingkungan tersebut. Ada beberapa perusahaan yang
memiliki kebijakan untuk membuat iklan yang sama di berbagai media. Namun,
untuk perusahaan makanan yang berasal dari Amerika ini membuat berbagai jenis
iklan yang berbeda-beda di setiap Negara yang dituju. Keaneragaman bentuk iklan
yang disesuaikan dengan karakteristik lingkungan masing-masing Negara menurut
penulis membuat produk McDonald dapat semakin dekat dengan masyarakat di
wilayah tersebut.
Iklan yang dibuat dari satu
Negara dengan Negara lain berbeda. Contohnya pada saat McDonald membuat iklan
untuk kawasan Indonesia, mereka menyesuaikan iklan dengan karakteristik wilayah
Indonesia. Seperti konsep kepulauan, pariwisatan Indonesia dan sebagainya yang
dapat membuat masyarakat atau khalayak di Indonesia merasa dekat dan akrab
dengan produk McDonald. Walaupun ada beberapa konsep iklan yang dibuat sama
untuk beberapa Negara, namun tetap saja ada beberapa konsep yang tidak disukai
oleh sebagaian khalayak di Negara tertentu karena dipandang iklan yang dibuat
tidak sesuai dnegan kebudayaan di lingkungan tersebut. Contohnya iklan McDonald
yang ada di Negara Filipina dan India yang mengandung tema”Boy and Girl
Friends” sedikit mendapat ketidaksetujuan oleh pelanggan di daerah Filipina.
Sebab iklan tersebut dinilai kurang menyesuaikan budaya serta norma yang ada di
Negara Filipina tersebut.
Dilihat dari aspek yang ada di
dalam iklan, iklan yang diproduksi oleh McDonald tentu saja sudah sesuai dengan
aspek-aspek yang berhubungan dengan ilan. Dilihat dari isi atau naskah iklan
sendiri, karena iklan yang diproduksi disesuaikan dengan kondisi di setiap
Negara tujuan, naskah iklan juga sudah disesuaikan dengan tema iklan yang ada.
Ilustrasi yang ditampilkan di dalam iklan yang ada juga sudah sesuai dengan
konsep iklan serta ilustrasi yang dibuat lebih meningkatkan tingkat
ketertarikan khalayak dengan iklan dan produk McDonald. Penerjemahan juga
menjadi aspek yang sangat krusial yang menyebabkan ketertarikan dengan iklan
tersebut. Di dalam berbagai iklan yang di buat oleh McDonald, karena iklan yang
ditampilkan sudah dibagai atau dibuat di berbagai Negara, maka bahasa yang
dibuat adalah bahasa local yang ada atau digunakan di Negara tersebut.
Daftar
Pustaka
Tidak ada komentar:
Posting Komentar